Thursday, April 9, 2009

Buku-buku Perjalanan

1. Leaving Microsoft To Change the World


Berawal dari sebuah visi memenuhi minat baca anak-anak di sebuah sekolah terpencil di Nepal, John Wood mendapati dirinya mengembangkan visi yang lebih besar, mengubah dunia dengan menyediakan satu buku untuk seorang anak lewat pendirian perpustakaan-perpustakaan di dunia berkembang.
Mikrosoft yang mengubah duniaSaat bekerja di Microsoft selama tujuh tahun (1991-1998), John tidak pernah berhenti dari treadmill kehidupan. Sebagai seorang spesialis dalam pasar internasional, John harus bisa berada di tujuh tempat sekaligus. Berada di Johannesburg pada hari Jumat dan di Taiwan pada hari Minggu, siap melakukan presentasi, menghadiri pertemuan, dan melakukan wawancara pers. Pekerjaannya secara finansial memang menguntungkan tetapi penuh dengan tekanan dan stres yang tinggi. Kehidupan sosial bersama keluarga dan teman-teman pun nyaris selalu ia korbankan demi pekerjaan. Pekerjaan dapat mengandalkannya, tetapi keluarga dan teman-teman tidak. Saking gila kerja, mantra yang cocok baginya seolah-olah adalah ‘Anda dapat tidur saat Anda mati dan dikubur’.

Menyadari karirnya di Microsoft menguras seluruh hidupnya, John berlibur ke pegunungan Nepal untuk menjauh dari kesibukan yang tiada henti. Dalam perjalanan berjalan kaki menelusuri dataran Himalaya, penulis yang digelari “21st century Andrew Carnegie” oleh media-media internasional ini, berjumpa dengan seorang pendidik (guru) lokal. Ia kemudian diajak mengunjungi sebuah sekolah yang hanya mempunyai sedikit buku dalam perpustakaan yang tidak pernah dipakai. Buku-buku itu pun buku-buku peninggalan pelancong yang malah tidak layak dibaca oleh anak-anak.

Sekolah dengan murid sekitar 450 orang itu rupanya belajar tanpa buku. “Ya, saya dapat melihat bahwa Anda (John Wood) juga menyadari bahwa ini sebuah masalah besar. Kami berharap dapat menanamkan kebiasaan membaca kepada anak didik kami. Tetapi itu tidak mungkin jika hanya buku-buku ini yang kami punya,” kata kepala sekolah itu. Kenyataan yang dilihat oleh John Wood membuatnya berpikir bagaimana hal ini bisa terjadi di sebuah dunia dengan buku-buku yang begitu melimpah? Kalimat berikutnya dari kepala sekolah itu menjadi kalimat yang mengubah arah hidup John Wood selamanya, “Barangkali, Pak, suatu hari Anda akan kembali dengan buku-buku.”

Pengalaman berharga di pedalaman Himalaya membuka mata John untuk menggalang keluarga dan teman-temannya mengumpulkan buku untuk diberikan kepada sekolah itu. Keberhasilan pertama mengumpulkan buku-buku untuk sekolah itu membuka pintu untuk membagikan buku kepada sekolah-sekolah lain hingga akhirnya terbentuklah Room to Read. Organisasi non-profit yang dibentuk oleh John ini meluas hingga ke berbagai negara termasuk Vietnam, India, dan Kamboja. Ia berfokus pada membangun sekolah, lab komputer, perpustakaan dan memberikan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu. Akhir 2007, organisasi Room to Read yang sudah mengglobal akan membuka perpustakaan yang ke-5000 dan memberikan kesempatan kepada 1,3 juta lebih anak-anak di seluruh dunia mengecap pendidikan.

Dalam buku yang yang sudah diterjemahkan ke dalam 15 bahasa ini, John membagikan keberhasilan dan kegagalan organisasi Room to Read yang bisa menjadi masukan bisnis yang berharga. Pesan berharga yang keluar dari buku ini adalah Anda harus memiliki semangat yang tinggi (passionate) dalam pekerjaan Anda. Mungkin Anda berpikir bahwa memimpin sebuah organisasi non-profit akan lebih mudah daripada bekerja dalam tekanan di Microsoft. Bagaimanapun juga, John Wood masih bekerja tak kenal waktu dan berkelana ke seluruh penjuru dunia agar organisasi Room to Read terus berkembang dan berhasil. MLP (BI 48)

Detail Buku
Judul : Leaving Microsoft To Change The World
Penulis : John Wood
Penerbit : Bentang Pustaka
Tanggal terbit : Agustus 2007
Jumlah hal : 368 halaman
Kategori : Memoar
Rekomendasi : Buku ini ditulis (diterjemahkan) dengan gaya bercerita yang sarat kata-kata indah, membuai khayal kita seolah-olah hadir dalam cerita. Buku ini mungkin kurang cocok untuk dijadikan sebagai buku referensi namun Anda akan mendapat banyak pelajaran berharga dari satu buku ini.

Pelajaran dari Microsoft
John Wood menguraikan garis besar prinsip-prinsip penting yang ia pelajari selama bekerja di Microsoft lalu ia terapkan di organisasi Room to Read. Ia bercerita dengan detail tentang bagaimana ia akhirnya mengerti arti prinsip-prinsip ini dan mengapa prinsip-prinsip ini penting. Prinsip-prinsip yang ia maksud antara lain:

1. Anda harus mendedikasikan diri secara penuh (passionate) dalam mengerjakan sesuatu, apapun pekerjaan Anda.
2. Pertahankan fokus pada hasil-hasil.
3. Perlakukan orang lain dengan hormat dan ketika berhubungan dengan orang lain selalu ingat: “Anda tidak bisa menyerang seseorang, tetapi Anda dapat menyerang ide mereka.”
4. Semua hal bisa diukur dan bisa dibandingkan dengan kinerja lampau atau data sejenis lainnya.
5. Seberapa banyak yang Anda ketahui tentang usaha (pekerjaan) Anda, akan menunjukkan seberapa banyak Anda peduli akan usaha (pekerjaan) itu.
6. Jadilah setia kepada orang-orang Anda.

2.Honeymoon With My Brother - Bertualang Keliling Dunia Gara-gara Putus Cinta

Kehidupan Franz Wisner seolah-olah hancur berantakan ketika tunangannya yang telah dipacarinya selama 10 tahun memutuskan hubungan seminggu sebelum hari pernikahan mereka. Dengan pesta pernikahan dan bulan madu yang telah siap menanti, ada dua pilihan yang tersedia baginya: membatalkan semuanya atau menjalankannya tanpa mempelai wanita. Didukung oleh adiknya, Kurt Wisner, dan para sahabatnya, Franz yang nyaris putus asa mengambil pilihan kedua.

Bulan madu yang awalnya dianggap sebagai gurauan untuk meringankan beban hati, ternyata berubah menjadi pengalaman luar biasa. Franz dan Kurt, dua bersaudara yang semula merasa saling terasing menemukan kembali jati diri dan keintiman mereka. Keduanya kemudian memutuskan berhenti dari pekerjaan mereka, menjual rumah mereka, menyumbangkan pakaian dan perabot mereka, membuang ponsel dan penyeranta mereka, lalu pergi bersama mengelilingi dunia.

Setelah bertualang selama empat tahun dan menyinggahi lebih dari enam puluh negara, termasuk Indonesia, hubungan mereka justru semakin erat. Franz yang semula patah hati akhirnya menemukan makna hidup yang baru.
Perjalanan mereka pun berubah menjadi sebuah cara baru menikmati hidup. Dari alam liar Amerika Latin hingga Eropa Timur dan Timur Tengah, dari Afrika hingga Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru, setiap petualangan baru membawa mereka ke tempat-tempat yang lebih unik dan menarik, diwarnai aneka kisah seru yang mereka alami.

Lucu, menyentuh, dan sekaligus sangat menghibur, buku ini bakal memancing hasrat bepergian Anda. Mengikuti kedua bersaudara itu sedikit demi sedikit menanggalkan setiap rutinitas harian mereka dan hidup bebas merdeka, mau tak mau Anda akan berharap dapat melakukannya juga

3.Naked Travelever-petualangan seorang backpacker wanita indonesia keliling dunia

Setelah berlama-lama di dalam, saya memberanikan diri ke luar. Saya membuka kunci pintu dan … flush menyala, membasuh kotoran dengan bersihnya! Rupanya, air keluar secara otomatis kalau kita membuka kunci pintu.

Begitulah salah satu pengalaman Trinity saat di bandar udara Schippol, Amsterdam. Ada banyak kisah yang dituturkan olehnya. Lucu, sedih, berdebar, sebel, bete. Semua menjadi bumbu sedap dalam pengalamannya menjadi backpacker yang melanglang ke berbagai negeri mulai dari Asia, Australia, Amerika, hingga Eropa.

Kisah-kisah di buku ini menjadi semacam catatan kecil seorang backpacker yang mencoba mendokumentasikan pengalamannya dan membagikannya sebagai oleh-oleh.

Selamat terpukau!

“…. Menceritakan hal-hal seputar perjalanan dengan cara yang cukup unik. Gaya penulisannya ringan dan kocak, mirip-mirip gaya penulisan novel populer atau chicklit!”
—Detik.com

“…memikat. Ada kejujuran dalam mengungkapkan apa yang dirasakan, tidak hanya dilihat.”-Bondan Winarno, ketua milis wisata boga Jalansutra, pembawa acara Wisata Kuliner TRANS TV


TENTANG PENULIS
Trinity atau Perucha Hutagaol adalah seorang pegawai perusahaan telekomunikasi yang gemar traveling ke berbagai negara dan mencatat pengalamannya di blog pribadinya: nakedtraveler.blogspot.com.

0 comments:

Post a Comment